Laman

Jumat, 09 Maret 2012

SEjaRah PoLiTik


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang Masalah
Politik merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan negara dan pemerintahan. Perhatian ilmu politik ialah pada gejala-gejala masyarakat. Seperti pengaruh dan kekuasaan, kepentingan dan partai politik, keputusan dan kebijakan, konflik dan konsensus, dan  sebagainya.
Sejarah merupakan sebuah konsep yang menggambarkan secara detail mengenai seluruh aspek dalam kehidupan manusia dalam dimensi waktu. Sejarah berisikan cerita-cerita pada masa lampau mengenai suatu kejadian atau peristiwa yang melibatkan manusia dan lingkungan sekitarnya. Sebuah peristiwa sejarah secara subtansial adalah memiliki nilai moral (morality-value) yang sebisa mungkin untuk dipahami dan diaplikasikan oleh pengkaji sejarah pada masa-masa berikutnya.
Seorang sejarawan akan dituntut untuk bisa menjelaskan dan menghadirkan situasi asli suatu peristiwa sejarah yang ia kaji dalam hasil tulisannya. Sebisa mungkin dengan berbagai pendekatan atau teknik (method) seorang sejarawan harus memberikan cerita yang valid dan bermakna sejarah.
Konsep-konsep dan teori-teori ilmu sosial itu amat diperlukan bagi sejarawan sehingga dalam paradigma penulisan sejarah konstruksionisme, pendekatan ilmu-ilmu sosial sangat dibutuhkan dalam penulisan sejarah.

1.2              Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dan ruang lingkup sejarah politik ?
2.      Apa sajakah ilmu bantu dalam sejarah politik ?
3.      Bagaimana sejarah politik tingkat lokal ?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Sejarah Politik
            Sejarah politik merupakan sejarah yang mengkaji tentang masalah-masalah pemerintahan, kenegaraan (termasuk partai-partai politik) dan power (kekuasaan). Sehingga banyak buku-buku teks sejarah yang berisi rentetan kejadian-kejadian tentang raja, negara, bangsa, pemerintahan dan sebagainya yang berhubungan dengan politik. Sehingga timbul ungkapan “history is past politics. Politics is present history” (ucapar Sir John Robert Seeley, Sejarawan Inggris, 1834-1895) yang dengan pasti menunjukkan keterkaitan antara Politik dan Sejarah. Dominasi politik dalam penulisan sejarah itu menjadi kewajaran untuk waktu yang lama.
            Sejarawan yang bergabung dengan aliran Annales meragukan keterkaitan antara sejarah dan politik. Kalau sejarah hanyalah politik, maka sejarah akan menjadi sempit.  Mereka ingin memperluasnya dengan memajukan sejarah sosial, sejarah struktural atau sejarah total. Sehingga memunculkan spesialisasi baru dalam sejarah, seperti sejarah kota, sejarah pendidikan, sejarah lokal dan sebagainya.
            Kemajuan-kemajuan yang dicapai ilmu sosial juga mempengaruhi ilmu sejarah, sehingga ada kembali pendekatan antara ilmu sejarah dan ilmu sosial. Penggunaan ilmu-ilmu sosial dalam penelitian sejarah sebenarnya sudah dianjurkan oleh The New History di Amerika menjelang PD 1 (1912), dan baru populer pada 1960-an. Sejarah yang semula bersifat diachronic ditambah dimensi synchornic. Sejarah  politik tidak terkecuali, pendekatan ilmu sosial menjadi sangat penting.
            Dalam perkembangan selanjutnya, sejarah yang semula mempelajari masa lalu yang jauh, mempelajari juga masalah-masalah kontemporer. Akibatnya objek penelitian sejarah berhimpitan dengan objek ilmu-ilmu sosial. Untuk menghindari duplikasi antara tugas sejarawan dan ilmuwa sosial itu sebaiknya sejarawan tetap menekankan aspek diakronisnya. Definisi sejarah sebagai sebuah ilmu dari perubahan dari waktu ke waktu hendaknya tetap dipertahankan. Dengan cara itu, sejarah politik kontemporer Indonesia dapat saja menulis masalah yang sangat kontemporer.
2.2       Dari Sejarah Politik ke Sejarah Kekuasaan
Supaya sejarah politik dapat memanfaatkan penemuan dan pendekatan ilmu-ilmu sosial, sejarah politik perlu mengubah orientasi. Perubahan itu diantarnya dengan mengubah objek penelitian.  Semula sejarah politik ialah sejarah kegitan yang berhubungan dengan masalah pemerintahan dan kenegaraan, kemudian sejarah politik didefinisikan sebagai history of power.
Keuntungan dari redefinisi itu ialah meluasnya ruang lingkup sejarah. Kekuasaan ada dimana-mana, bukannya hanya milik pemerintah dan negara, sehingga menarik sejarah politik ke tingkat-lokal.
2.2.1        Pendekatann
1.      Sejarah Intelektual
Asumsi pokok dari sejarah intelektual ialah adanya Zeitgeits (jiwa zaman) dan pandangan sejarah idealistis yang berpendapat bahwa pikiran-pikiran mempengaruhi perilaku. Dari sejarah intelektual kemudian berkembanglah sejarah mentalitas, yaitu “sejarah intelektual” dari massa yang anonim. Jadi, kalau sejarah intelektual itu membicarakan mengenai pemikiran individual, maka sejarah mentalitas membicarakan pemikiran kolektif. Misalnya : kesadaran kelompok kecil guru-guru dalam pergerakan nasional.
2.      Sejarah Konstitusional
Dari konstitusi suatu bangsa kita mengetahui filsafat hidup, dasar pemikiran waktu membangun bangsa, dan struktur pemerintahan yang dibangun. Dalam setiap konstitusi juga terlihat kepentingan, konsensus yang dibuat, dan konsesi yang diberikan kepada masing-masing kepentingan itu. Termasu dalam pendekatan ini ialah pembicaraan sekitar Tap MPR, Undang-Undang, Keppres, PP, dokumen-dokumen seperti Manifes Kebudayaan, AD/ART partai-partai, dan sebagainya.
3.      Sejarah Institusional
Isinya mengenai sistem politik dengan perangkat (lembaga, struktur, institusi), baik negara  (kabinet, birokrasi, parlemen, militer) dan non negara (ormas, orsospol, LSM). Paling banyak ditulis orang tentang partai. Dan partai Islam mendapat porsi yang cukup menonjol dalam kajian sejarah politik kontemporer di Indonesia. 
4.      Sejarah Behavioral
Istilah Behavioral belum lumrah, tidak baku, tidak dikenal dalam ilmu sejarah, karenanya untuk keperluan hueristik (membantu menemukan) bahan kajian sendiri saja, meskipun memang ada istilah pendekatan behavioral dalam studi sejarah. Perilaku (behavior) negara dan partai-partai politik dalam sosialisasi gagasan, rekrutmen pimpina/anggota, dan pelaksanaan tindakan politik termasuk dalam sejarah perilaku. Misalnya: mengenai perilaku politik PKI dalam kebudayaan.
5.      sejarah komperatif
kajian perbandingan belum populer di Indonesia, itu pun tidak dengan perspektif sejarah tapi ilmu politik.  Jika penelitian dengan metode sejarah dikerjakan untuk membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis pada suatu periode masa lampau, maka penelitian tersebut dinamakan penelitian sejarah komparatif.
Misalnya, perbandingan Golkar di Jawa dan di Indonesia Timur (Iramasuka Nusantara), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Jawa dan di luar Jawa, dan perbandingan afiliasi politik antara beberapa faksi dari etnik minoritas Tionghoa.

6.      Sejarah sosial
Melalui pendekatan ilmu-ilmu sosial dimungkinkan ilmu sejarah memperoleh pemahaman yang lebih utuh mengenai makna-makna peristiwa sejarah. Thomas C. Cochran, misalnya, telah menerapkan konsep peranan sosial (social role) dalam melaksanakan eksplorasi dan eksplanasi mengenai berbagai sikap, motivasi serta peranan tokoh masyarakat Amerika pada Abad XIX. Konsep mobilitas sosial (social mobility) telah membuktikan sangat berguna dalam studi berbagai segi masyarakat masa lampau. Pendekatan sosiologi dalam ilmu sejarah menghasilkan sejarah sosial. Bidang garapannya pun sangat luas dan beraneka ragam. Kebanyakan sejarah sosial berkaitan erat dengan sejarah sosial-ekonomi.
Kelompok-kelompok sosial seperti ulama, pengusaha, buruh, petani, dll juga mempunyai aspirasi politik sesuai dengan kepentingannya. Sehingga banyak tulisan-tulisan yang berhubungan dengan golongan sosial tetapi tidak semuanya berpersfektif sejarah, bahkan banyak yang tidak berperspektif ilmu politik.

7.      Studi kasus
Ialah mengenai studi kasus-kasus politik. Contoh : Laboratorium Ilmu Politik FISIP UI. (1997). Evaluasi Pemilu Orde Baru. (Bandung :Mizan). Maxfield (Nazir, 2005: 57) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan studi kasus atau penelitian kasus subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian dapat saja berupan individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Pada mulanya studi kasus ini banyak digunakan dalam penelitian obat-obatan dengan tujuan diagnosis, tetapi kemudian penggunaan studi kasus telah meluas sampai ke bidang-bidang lain.
Hasil dari penelitian kasus merupakan suatu generalisasi dari pola-pola yaitu tipikal dari individu, kelompok, lembaga, dan sebagainya. Tergandung dari tujuannya, ruang lingkup dari studi dapat mencakup segmen atau bagian tertentu atau mencakup keseluruhan siklus
kehidupan dari individu, kelompok, dan sebagainya, baik dengan penekanan terhadap faktor-faktor kasus tertentu, ataupun meliputi keseluruhan faktor-faktor dan fenomena-fenomena. Studi kasus mengkaji lebih menekankan mengkaji varaibel yang cukup banyak pada jumlah
unit yang kecil. Ini berbeda dengan metode survei, di mana peneliti cenderung mengevaluasi variabel yang lebih sedikit, tetapi dengan unit sample yang relatif besar.

8.      Biografis
Metode sejarah yang digunakan untuk meneliti kehidupan seseorang dan hubungannya dengan masyarakat dinamakan penelitian biografis. Dalam penelitian ini, diteliti sifat-sifat, watak, pengaruh, baik pengaruh lingkungan maupun pengaruh pemikiran dan ide dari subjek penelitian dalam masa hidupnya, serta pembentukan watak figur yang
diterima selama hayatnya. Sumber-sumber data sejarah untuk penelitian biografis antara lain: surat-surat pribadi, buku harian, hasil karya seseorang, karangan-karangan seseorang tentang figur yang diselidiki ataupun catatan-catatan teman dari orang yang diteliti tersebut.

2.2.2    Ilmu-ilmu bantu
Diluar ilmu politik, ilmu bantu yang banyak digunakan dalam penelitian sejarah politik ialah:
1.    Sosiologi
Pendekatan sosiologi dalam ilmu sejarah, menurut Max Weber, dimaksudkan sebagai upaya pemahanan interpretatif dalam kerangka memberikan penjelasan (eksplanasi) kausal terhadap perilaku-perilaku sosial dalam sejarah. Sejauh ini perilaku-perilaku sosial tersebut lebih dilekatkan pada makna subjektif dari seorang individu (pemimpin atau tokoh), dan bukannya perilaku massa. Pendekatan sosiologi dalam ilmu sejarah menghasilkan sejarah sosial. Bidang garapannya pun sangat luas dan beraneka ragam.

2.    Antropologi
Perbedaan antara antropologi sosial dan sosiologi sangat tipis, hanya saja patokannya adalah kalau masalah sosial dikembalikan pada nilai itu antropologi sosial. Sementara itu, sosiologi selalu mengembalikan permasalahan pada posisi sosial orang.

3.    Ekonomi
Ilmu Ekonomi, memiliki sejarah yang kuat akan keterkaitan dua disiplin tersebut. Pada masa silam ilmu politik dan ilmu ekonomi merupakan suatu bidang ilmu tersendiri yang dikenal dengan ekonomi politik (political economy), yaitu pemikiran dan analisis kebijaksanaan yang hendak digunakan guna memajukan kekuatan dan kesejahteraan negara Inggeris khususnya dalam menghadapi saingan-saingannya seperti Portugal, Spanyol, Perancic, Jerman dan sebagainya. Kemudian sejalan dengan perkembangan ilmupengetahuan pada umumnya, maka ilmu tersebut memisahkan diri menjadi dua disiplin ilmu. Ilmu ekonomi modern, dewasa ini sudah memiliki teori, rung-lingkup, serta metodologinya yang begitu ketat dan terperinci. Justru karena tingginya keketatan disiplin ilmu ini memiliki tingkat prediksi-prediksi untuk perhitungan masa kini maupun mendatang. Inilah sumbangan besar ilmu ekonomi dalam kaitannya dengan ilmu politik, karena dua-duanya memiliki kepentingan kajian untuk kekinian dan kedepan. Seorang sejarawan tidak perlu menjadi ahli ekonomi, jadi seorang sejarawan tidak  perlu ragu-ragu untuk menulis sesuatu tentang ekonomi.
4.    Psikologi
Dalam cerita sejarah, pelaku sejarah senantiasa mendapat sorotan yang tajam, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Sebagai aktor individu, tidak pernah lepas dari peranan faktor-faktor internal yang bersifat psikologis, seperti motivasi, minat, konsep diri, dan sebagainya yang berinteraksi dengan faktor-faktor eksternal yang bersifat sosiologis, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sosial budaya dan sebagainya. Begitupun dengan aktor yang bersifat kelompok menunjukkan aktivitas kolektif yaitu, suatu gejala yang menjadikan objek khusus psikologi sosial. Dalam berbagai peristiwa sejarah, perilaku kolektif sangat mencolok antara lain sewaktu ada huru hara, massa mengamuk, gerakan sosial atau protes revolusioner yang menuntut penjelasan psikologi dari motivasi, sikap dan tindakan kolektif. Disitulah psikologi berperan untuk mengungapkan beberapa faktor tersembunyi sebagai bagian proses mental. Oleh karena itu sejarawan berusaha menulis biografi untuk mengetahui kejiwaan seseorang.

2.3       Sejarah Politik Tingkat-Lokal
Sejarah politik tingkat lokal yaitu peristiwa nasional yang menjadi peristiwa lokal. Dengan penulisan sejarah lokal ini diharapkan dapat memberikan kejelasan dan pengertian dalam perkembangan sejarah nasional, sebab sejarah yang ada di tingkat nasional, harus bisa dimengerti dengan lebih baik apabila kita mengerti pula perkembangan sejarah di tingkat lokal.

  

BAB III
PENUTUP
3.1              Kesimpulan
Sejarah politik mengkaji tentang  sejarah yang digerakkan dan disebabkan oleh adanya berbagai hal yang berkaitan dengan masalah-masalah politik, faktor politik, dan kehidupan politik. Sejarah politik biasanya membahas mengenai tokoh-tokoh besar, perkembangan ketatanegaraan, sistem pemerintahan, struktur kekuasaan, kepemimpinan, peranan elite, jaringan politik, dan mobilisasi masa.
Dalam sejarah politik kita harus melakukan beberapa pendekatan antaranya sejarah intelektual, sejarah konstitusional, sejarah institusional, sejarah behavioral, sejarah komparatif, sejarah sosial, studi kasus, dan biografi.
Selain pendekatan dalam sejarah politik ada juga ilmu bantu seperti ilmu sosiologi, antropologi, ekonomi, dan psikologi.
Sejarah politik juga ada ditingkat lokal dimana harus dipahami dengan lebih baik apabila kita mengerti pula perkembangan sejarah di tingkat lokal.

  




DAFTAR PUSTAKA
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi sejarah. PT.Tiara Wacana : Yogyakarta.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar