Laman

Jumat, 09 Maret 2012

HIKAYAT PERANG SABIL


BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang Masalah
Unsur perang sabil yang telah lama berada dalam masyarakat Aceh diangkat sebagai basis ideologi, diaktifkan menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam perlawanan terhadap Belanda. Wajarlah jika para pemimpin agama menimba ilmu dari kitab suci Al-Qur’an yang merupakan sumber hukum tertinggi dalam agama Islam, menggubah hikayat dengan maksud agar setiap Muslim merasa terpanggil untuk memenuhi kewajiban berperang di jalan Allah.
Berbeda dengan sastra Melayu yang mengenal hikayat sebagai prosa, dalam sastra Aceh, hikayat adalah puisi diluar jenis pantun, nasib, dan kisah. Hikayat bagi orang Aceh tidak hanya berisi cerita fiksi belaka, tetapi berisi pula butir-butir yang menyangkut pengajaran moral. Orang Aceh sangat gemar mendengarkan pembacaan hikayat, yang sampai pada awal abad XX merupakan hiburan utama yang bersifat mendidik
Hikayat bagi orang Aceh tidaklah berupa cerita fiksi belaka. Hikayat berisi pula butir-butir yang menyangkut pengajaran moral. Orang Aceh sangat gemar mendengarkan pembacaan hikayat. Sampai pada awal abad XX hikayat menjadi hiburan utama yang mendidik. Disebutkan, hikayat-hikayat perang telah ada semenjak Aceh bertempur melawan Portugis pada tahun 1521. Salah satu di antaranya adalah Hikayat Malem Dagang. Hikayat ini terus diwariskan turun-temurun oleh Syekh Muhammad Ibn Abbas alias Tengku Chik Kutakarang dalam kitabnya yang berjudul Tadhkirat al-Radikin, merujuk Hikayat Malem Dagang sebagai peristiwa perang melawan kafir di masa lalu dan menasihatkan kepada semua orang Aceh agar menarik pelajaran dari kisah-kisah perlawanan seperti itu.

1.2         Rumusan Masalah
1.      Apa itu hikayat perang sabil ?
2.      Bagaimana pengaruh hikayat perang bagi masyarakat Aceh ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1        Hikayat Perang Sabil
Hikayat Perang Sabil merupakan karya penyair ulama Tengku Syekh Muhammad Pante Kulu, yang terdiri dari 10 episode perjuangan. Isinya menceritakan tentang Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang rela berkorban dalam perang di jalan Allah.  Ada dua fersi pendapat tentang Tgk. Chik Pente Kulu dalam mengarang hikayat perang sabil ini. Sebagian mengatakan, hikayat perang sabil ini dikarang Chik Pante Kulu ketika beliau dalam perjalanan pulang dari Mekkah ke Aceh. Berarti hikayat perang sabil ditulis Chik Pante Kulu di atas kapal selama dalam pelayarannya dari Arab ke Aceh. Pendapat lain mengatakan, hikayat perang sabil ini ditulis Chik Pante Kulu adalah atas suruhan Tgk. Chik Abdul Wahab Tanoh Abee yang lebih dikenal Tgk. Chik Tonoh Abee.

Sesungguhnya, hikayat-hikayat perang sabil ini telah ada semenjak Aceh bertempur melawan Portugis pada tahun 1521. Salah satu diantaranya adalah Hikayat Malem Dagang, yang terus diwariskan turun-temurun kepada generasi-generasi berikutnya. Syaikh Muhammad Ibn Abbas alias Tgk Chik Kutakarang dalam kitabnya yang berjudul Tadhkirat al-Radikin merujuk Hikayat Malem Dagang sebagai peristiwa perang melawan kafir dimasa lalu dan menasihatkan kepada semua orang Aceh agar menarik pelajaran dari kisah-kisah perlawanan seperti itu.

            Selain daripada itu, ada juga naskah hikayat perang sabil yang ditulis pada 5 Oktober 1710 (11 Sya’ban 1122 H) yang mencantumkan sumber gubahannya dari kitab yang bernama Mukhtasar Muthiri’I-gharam yang berasal dari Syaikh Ahmad Ibn Musa. Ada pula naskah lainnya tentang hikayat perang sabil yang ditulis pada tahun 1834. Gubahan tersebut bersumber dari kitabnya Syaikh Abd al-Samad al-Falimbani murid dari Syaikh Abdussamad yang bertempat tinggal di Mekkah.

Dari segi isinya, hikayat-hikayat perang sabil dapat dibagi dalam 3 kategori, yaitu : (1) yang berisi anjuran untuk berperang sabil dengan menunjukkan pahala, keuntungan, dan kebahagiaan yang akan diraih, (2) yang berisi berita mengenai tokoh atau keadaan peperangan di suatu tempat yang patut disampaikan kepada masyarakat untuk mendorong semangat orang-orang Muslimin yang sedang berjihad, (3) yang mencakup kedua-dua kategori yang tersebut terdahulu.

            Selain daripada itu, disampaikan pula mengenai faedah yang akan diperoleh bagi mereka yang mengeluarkan dana untuk kepentingan perang sabil. Dimana Allah SWT akan membalasnya dengan imbalan berlipat ganda dan mereka pun akan dimasukkan ke dalam surga. Dalam surat Al-Baqarah ayat 261, Allah SWT berfirman : “...orang yang menafkahkan hartanya pada jalan kebajikan (sabilillah) seperti buah biji yang tumbuh menjadi tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai itu berbuah seratus biji, Allah mempunyai karunia luas lagi mengetahui”.

            Dalam masa perang dengan belanda, orang Aceh membaca hikayat perang sabil di dayah-dayah atau pesantren, di meunasah-meunasah, dan dirumah-rumah, ataupun di tempat lainnya sebelum orang pergi bertempur melawan Belanda. Di daerah-daerah yang sudah dikuasai oleh Belanda, orang membaca dan mendengarkan hikayat perang sabil secara sembunyi-sembunyi, khawatir ditangkap oleh pihak Belanda.

            Belanda menganggap hikayat perang sabil itu sangat berbahaya, sebab dapat membangkitkan semangat melawan Belanda. Begitu besar kekhawatiran Belanda terhadap pengaruh hikayat perang sabil, sehingga Gubernur Aceh A.H. Philips  dalam memori serah terima jabatannya menyatakan bahwa membaca hikayat perang sabil yang diadakan dihadapan umum dapat merangsang pembaca atau pendengarnya sedemikian rupa sehingga dapat menghilangkan keseimbangan jiwa yang kemudian disalurkan dalam tindakan membunuh Kaphe ‘Kafir Belanda’ , sebab itu adalah penting sekali apabila hikayat-hikayat seperti itu disita dan dimusnahkan menjadi makanan api.

kebesaran syair hikayat perang sabil yang ditulis Tgk. Chik Pante Kulu. Ulama dan pujanggawan kelahiran 1836 M di Desa Pante Kulu, Kemukiman Titeue, Kota Bakti, Pidie ini, telah lama meninggalkan kita. Namun hikayat perang sabil yang ditinggalkan tetap hidup di jiwa orang yang memang Aceh sebagai hasil karya sastra terbesar yang diakui dunia pada zamannya. Semoga makam pujanggawan terbesar Tgk. Chik Pante Kulu di Desa Lam Leuot, Aceh Besar, akan segera ada yang memugarnya.

Hikayat-hikayat perang sabil ditulis dalam bahasa Aceh, adapun kutipan yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dari sebagian kecil hikayat-hikayat perang sabil tersebut adalah sebagai berikut :

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillah khaliqul asyya’,

segala hal ciptaan Rabbi Arasy kursi surga neraka, semua langit dunia dan bumi Kemudian selawat salam hamba, kepada junjungan penghulu Nabi kepada waris bersama sahabat, termasuk sekalian Muhajir Anshari.

Setelah selesai puji selawat, berilah hidayat hamba yang fakir Insya Allah dengan tolong tuhan, hamba berkabar hal perang sabil.

Kabar kitab hamba kan karang, biarlah kukarang yang mana jadi Hamba perbuat atas kebajikan, mudah-mudahan pahala diberi..

Jikalau kacau serta salah, janganlah marah pada fakir ini Aku menulis dipihak Allah, semata-mata karena Illahi.

Wahai tuan adik dan abang, jangan hindari berperang sabil. Jangan hitung para hulubalang, sudah dirasuki jin dan pari.

Wahai tuan dunia akhir, agama tak lagi di segala negeri . Semua ulama berdiam diri, akan perang kafir tiada perduli.

Lidah ulama semau lah kelu, tak lagi perduli kerja perang sabil, melainkan yang ada dengan izin Allah, Tengku di Tiro mewakili Nabi Ulama lain di setiap negeri, berdiam diri tiada perduli. Mereka sangka dapat lepas, ketika diperiksa di hari nanti. Pada hari menghadap Allah, takkan lepas wahai sayidi,

Demikian dikatakan dalam kitab, firman Alllah dengan hadis Nabi “Wahai tuan adinda sahabat, firman Hadarat Tuhanku Rabbi dari semua ibadat yang ada, yang terlebih mulia berperang sabil” Kutipan hadis tak hamba baca, hanya makna tertulis disini untuk peringatan jaga-jaga, barangkali lupa semua akhi.

Wahai tuan baik-baik fahami, bukan tak menentu yang kukabari Sengaja kuambil uraian ini, dari Mathiril gharam kitab perang sabil.

Di dalam Al-Qur’an diriwayatkan, firman Hadarat Tuhanku Rabbi beserta hadis  pemimpin umat, sungguh jangan lupa wahai akhi Hadis Nabi sangat sekali saheh, tak ada jalan lari dari perang sabil Imbalan diberi tanpa alasan, memang lah tersedia surga nan tinggi.

Demikian didapat disetiap kitab, utama ibadat memang perang sabil. Dengarlah tuan kubaca ayat, firman Hadarat Tuhanku Rabbi “Surga untuk mereka. Meraka berperang pada jalan Allah. Lantas mereka membunuh atau terbunuh”.

 Itulah janji Allah yang pasti didalam Taurat, Injil, dan Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah ?. Sebab itu bergembiralah kamu dengan perjanjian yang telah kamu ikat itu. Dan itulah kemenangan yang besar. Agar sangat dimuliakan wahai sayidi, kita dibeli Rabbul Karim, Sebagai harganya surga nan tinggi. Siapa menyerahkan nyawa dan harta, dibelanjakan pada perang sabil... 


2.2        Pengaruh Hikayat Perang Sabil bagi Rakyat Aceh
Pengaruh hikayat perang sabil hasil karangan Tgk. Muhammad Pante Kulu , telah mampu membangkitkan semangat jihat siapa saja yang membaca ataupun mendengarnya untuk terjun ke medan perang melawan penjajahan Belanda ketika itu. Sehingga Zentgraf dalam bukunya “Aceh” (1983) menulis banyak pemuda yang memantapkan langkahnya ke medan perang Aceh melawan Belanda karena pengaruh buku hikayat perang sabil yang sengaja ditulis seorang ulama besar Aceh bernama Tgk. Muhammad Pante Kulu.
Menurut Zentgraf, hikayat perang sabil karangan ulama Pante Kulu telah menjadi momok yang sangat ditakuti oleh Balanda, sehingga siapa saja yang diketahui menyimpan, apalagi membaca hikayat perang sabil itu mereka akan mendapatkan hukuman dari pemerintah Hindia Belanda dengan membuangnya ke Papua atau Nusa Kembangan. Sarjana Belanda ini menyimpulkan, bahwa belum pernah ada karya sastra di dunia yang mampu membakar emosional manusia untuk rela berperang dan siap mati, kecuali hikayat perang sabil karya Pante Kulu dari Aceh. Kalau pun ada karya sastrawan Perancis La Marseillaise dalam masa Revolusi Perancis, dan karya Common Sense dalam masa perang kemerdekaan Amerika, namun kedua karya sastra itu tidak sebesar pengaruh hikayat perang sabil yang dihasilkan Muhammad Pente Kulu.
Itu sebabnya, Ali Hasjmy menilai bahwa hikayat perang sabil yang ditulis Tgk. Chik Pante Kulu telah berhasil menjadi karya sastra puisi terbesar di dunia. Menurut Hasjmy, pengaruh syair hikayat perang sabil sama halnya dengan pengaruh syair-syair perang yang ditulis oleh Hasan bin Sabit dalam mengobarkan semangat jihat umat Islam di zaman Rasulullah. Atau paling tidak, hikayat perang sabil karya Chik Pente Kulu dapat disamakan dengan illias dan Odyssea dalam kesusastraan epos karya pujangga Homerus di zaman “Epic Era” Yunany sekitar tahun 700-900 sebelum Mesehi.
Mengapa hikayat perang sabil begitu berpengaruh dalam membangkitkan semangat jihat perang orang Aceh melawan Belanda. Menurut telaahan, hikayat perang sabil yang ditulis Chik Pente Kulu ini terdiri dari empat bagian (cerita). Pertama, mengisahkan tentang Ainul Mardhiah, sosok bidadari dari syurga yang menanti jodohnya orang-orang syahid yang berperang di jalan Allah. Kedua, mengisahkan pahala syahid bagi orang-orang yang tewas dalam perang sabil. Ketiga, mengisahkan tentang Said Salamy, seorang Habsi berkulit hitam dan buruk rupa. Keempat, menceritakan tentang kisah Muda Belia yang sangat mempengaruhi jiwa para pemuda untuk berjihat di medan perang melawan kezaliman penjajahan Belanda. Sehingga hikayat perang sabil ini sangat besar untuk membakar semangat rakyat Aceh, melawan penjajah Belanda waktu itu.








BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
   Hikayat Perang Sabil merupakan karya penyair ulama Tengku Syekh Muhammad Pante Kulu, yang terdiri dari 10 episode perjuangan. Isinya menceritakan tentang Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang rela berkorban dalam perang di jalan Allah.  Ada dua fersi pendapat tentang Tgk. Chik Pente Kulu dalam mengarang hikayat perang sabil ini. Sebagian mengatakan, hikayat perang sabil ini dikarang Chik Pante Kulu ketika beliau dalam perjalanan pulang dari Mekkah ke Aceh. Berarti hikayat perang sabil ditulis Chik Pante Kulu di atas kapal selama dalam pelayarannya dari Arab ke Aceh. Pendapat lain mengatakan, hikayat perang sabil ini ditulis Chik Pante Kulu adalah atas suruhan Tgk. Chik Abdul Wahab Tanoh Abee yang lebih dikenal Tgk. Chik Tonoh Abee.
Pengaruh hikayat perang sabil hasil karangan Tgk. Muhammad Pante Kulu , telah mampu membangkitkan semangat jihat siapa saja yang membaca ataupun mendengarnya untuk terjun ke medan perang melawan penjajahan Belanda ketika itu
Hikayat perang sabil begitu berpengaruh dalam membangkitkan semangat jihat perang orang Aceh melawan Belanda. Hikayat perang sabil yang ditulis Chik Pente Kulu ini terdiri dari empat bagian (cerita). Pertama, mengisahkan tentang Ainul Mardhiah, sosok bidadari dari syurga yang menanti jodohnya orang-orang syahid yang berperang di jalan Allah. Kedua, mengisahkan pahala syahid bagi orang-orang yang tewas dalam perang sabil. Ketiga, mengisahkan tentang Said Salamy, seorang Habsi berkulit hitam dan buruk rupa. Keempat, menceritakan tentang kisah Muda Belia yang sangat mempengaruhi jiwa para pemuda untuk berjihat di medan perang melawan kezaliman penjajahan Belanda. Sehingga hikayat perang sabil ini sangat besar untuk membakar semangat rakyat Aceh, melawan penjajah Belanda waktu itu dengan berharap imbalan yang seperti diceritakan dalam hikayat tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar