BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Unsur perang sabil yang telah lama
berada dalam masyarakat Aceh diangkat sebagai basis ideologi, diaktifkan
menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam perlawanan terhadap Belanda.
Wajarlah jika para pemimpin agama menimba ilmu dari kitab suci Al-Qur’an yang
merupakan sumber hukum tertinggi dalam agama Islam, menggubah hikayat dengan
maksud agar setiap Muslim merasa terpanggil untuk memenuhi kewajiban berperang
di jalan Allah.
Berbeda dengan sastra Melayu yang mengenal
hikayat sebagai prosa, dalam sastra Aceh, hikayat adalah puisi diluar jenis
pantun, nasib, dan kisah. Hikayat bagi orang Aceh tidak hanya berisi cerita
fiksi belaka, tetapi berisi pula butir-butir yang menyangkut pengajaran moral.
Orang Aceh sangat gemar mendengarkan pembacaan hikayat, yang sampai pada awal
abad XX merupakan hiburan utama yang bersifat mendidik
Hikayat
bagi orang Aceh tidaklah berupa cerita fiksi belaka. Hikayat berisi pula
butir-butir yang menyangkut pengajaran moral. Orang Aceh sangat gemar
mendengarkan pembacaan hikayat. Sampai pada awal abad XX hikayat menjadi
hiburan utama yang mendidik. Disebutkan, hikayat-hikayat perang telah ada
semenjak Aceh bertempur melawan Portugis pada tahun 1521. Salah satu di
antaranya adalah Hikayat Malem Dagang. Hikayat ini terus diwariskan
turun-temurun oleh Syekh Muhammad Ibn Abbas alias Tengku Chik Kutakarang dalam
kitabnya yang berjudul Tadhkirat al-Radikin, merujuk Hikayat Malem Dagang
sebagai peristiwa perang melawan kafir di masa lalu dan menasihatkan kepada
semua orang Aceh agar menarik pelajaran dari kisah-kisah perlawanan seperti
itu.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa itu hikayat perang sabil ?
2. Bagaimana pengaruh hikayat perang
bagi masyarakat Aceh ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Hikayat Perang Sabil
Hikayat
Perang Sabil
merupakan karya penyair ulama Tengku Syekh Muhammad Pante Kulu, yang terdiri
dari 10 episode perjuangan. Isinya menceritakan tentang Nabi Muhammad SAW dan
para sahabatnya yang rela berkorban dalam perang di jalan Allah. Ada dua fersi pendapat tentang Tgk. Chik
Pente Kulu dalam mengarang hikayat perang sabil ini. Sebagian mengatakan,
hikayat perang sabil ini dikarang Chik Pante Kulu ketika beliau dalam
perjalanan pulang dari Mekkah ke Aceh. Berarti hikayat perang sabil ditulis
Chik Pante Kulu di atas kapal selama dalam pelayarannya dari Arab ke Aceh.
Pendapat lain mengatakan, hikayat perang sabil ini ditulis Chik Pante Kulu
adalah atas suruhan Tgk. Chik Abdul Wahab Tanoh Abee yang lebih dikenal Tgk.
Chik Tonoh Abee.
Sesungguhnya, hikayat-hikayat perang sabil ini telah ada semenjak Aceh
bertempur melawan Portugis pada tahun 1521. Salah satu diantaranya adalah
Hikayat Malem Dagang, yang terus diwariskan turun-temurun kepada
generasi-generasi berikutnya. Syaikh Muhammad Ibn Abbas alias Tgk Chik Kutakarang
dalam kitabnya yang berjudul Tadhkirat al-Radikin merujuk Hikayat Malem Dagang
sebagai peristiwa perang melawan kafir dimasa lalu dan menasihatkan kepada
semua orang Aceh agar menarik pelajaran dari kisah-kisah perlawanan seperti
itu.
Selain daripada itu, ada juga naskah
hikayat perang sabil yang ditulis pada 5 Oktober 1710 (11 Sya’ban 1122 H) yang
mencantumkan sumber gubahannya dari kitab yang bernama Mukhtasar
Muthiri’I-gharam yang berasal dari Syaikh Ahmad Ibn Musa. Ada pula naskah
lainnya tentang hikayat perang sabil yang ditulis pada tahun 1834. Gubahan
tersebut bersumber dari kitabnya Syaikh Abd al-Samad al-Falimbani murid dari
Syaikh Abdussamad yang bertempat tinggal di Mekkah.
Dari segi isinya, hikayat-hikayat perang
sabil dapat dibagi dalam 3 kategori, yaitu : (1) yang berisi anjuran untuk
berperang sabil dengan menunjukkan pahala, keuntungan, dan kebahagiaan yang
akan diraih, (2) yang berisi berita mengenai tokoh atau keadaan peperangan di
suatu tempat yang patut disampaikan kepada masyarakat untuk mendorong semangat
orang-orang Muslimin yang sedang berjihad, (3) yang mencakup kedua-dua kategori
yang tersebut terdahulu.
Selain daripada itu, disampaikan
pula mengenai faedah yang akan diperoleh bagi mereka yang mengeluarkan dana
untuk kepentingan perang sabil. Dimana Allah SWT akan membalasnya dengan
imbalan berlipat ganda dan mereka pun akan dimasukkan ke dalam surga. Dalam
surat Al-Baqarah ayat 261, Allah SWT berfirman : “...orang yang menafkahkan
hartanya pada jalan kebajikan (sabilillah) seperti buah biji yang tumbuh
menjadi tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai itu berbuah seratus biji, Allah
mempunyai karunia luas lagi mengetahui”.
Dalam masa perang dengan belanda,
orang Aceh membaca hikayat perang sabil di dayah-dayah atau pesantren, di
meunasah-meunasah, dan dirumah-rumah, ataupun di tempat lainnya sebelum orang
pergi bertempur melawan Belanda. Di daerah-daerah yang sudah dikuasai oleh
Belanda, orang membaca dan mendengarkan hikayat perang sabil secara
sembunyi-sembunyi, khawatir ditangkap oleh pihak Belanda.
Belanda menganggap hikayat perang
sabil itu sangat berbahaya, sebab dapat membangkitkan semangat melawan Belanda.
Begitu besar kekhawatiran Belanda terhadap pengaruh hikayat perang sabil,
sehingga Gubernur Aceh A.H. Philips
dalam memori serah terima jabatannya menyatakan bahwa membaca hikayat
perang sabil yang diadakan dihadapan umum dapat merangsang pembaca atau
pendengarnya sedemikian rupa sehingga dapat menghilangkan keseimbangan jiwa
yang kemudian disalurkan dalam tindakan membunuh Kaphe ‘Kafir Belanda’ , sebab
itu adalah penting sekali apabila hikayat-hikayat seperti itu disita dan
dimusnahkan menjadi makanan api.
kebesaran
syair hikayat perang sabil yang ditulis Tgk. Chik Pante Kulu. Ulama dan
pujanggawan kelahiran 1836 M di Desa Pante Kulu, Kemukiman Titeue, Kota Bakti,
Pidie ini, telah lama meninggalkan kita. Namun hikayat perang sabil yang
ditinggalkan tetap hidup di jiwa orang yang memang Aceh sebagai hasil karya
sastra terbesar yang diakui dunia pada zamannya. Semoga makam pujanggawan
terbesar Tgk. Chik Pante Kulu di Desa Lam Leuot, Aceh Besar, akan segera ada
yang memugarnya.
Hikayat-hikayat perang sabil ditulis dalam bahasa Aceh, adapun kutipan
yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dari sebagian kecil
hikayat-hikayat perang sabil tersebut adalah sebagai berikut :
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah khaliqul asyya’,
segala hal ciptaan Rabbi Arasy kursi surga neraka,
semua langit dunia dan bumi Kemudian selawat salam hamba, kepada junjungan
penghulu Nabi kepada waris bersama sahabat, termasuk sekalian Muhajir Anshari.
Setelah selesai puji selawat, berilah hidayat hamba
yang fakir Insya Allah dengan tolong tuhan, hamba berkabar hal perang sabil.
Kabar kitab hamba kan karang, biarlah kukarang yang
mana jadi Hamba perbuat atas kebajikan, mudah-mudahan pahala diberi..
Jikalau kacau serta salah, janganlah marah pada
fakir ini Aku menulis dipihak Allah, semata-mata karena Illahi.
Wahai tuan adik dan abang, jangan hindari berperang
sabil. Jangan hitung para hulubalang, sudah dirasuki jin dan pari.
Wahai tuan dunia akhir, agama tak lagi di segala
negeri . Semua ulama berdiam diri, akan perang kafir tiada perduli.
Lidah ulama semau lah kelu, tak lagi perduli kerja
perang sabil, melainkan yang ada dengan izin Allah, Tengku di Tiro mewakili
Nabi Ulama lain di setiap negeri, berdiam diri tiada perduli. Mereka sangka
dapat lepas, ketika diperiksa di hari nanti. Pada hari menghadap Allah, takkan
lepas wahai sayidi,
Demikian dikatakan dalam kitab, firman Alllah dengan
hadis Nabi “Wahai tuan adinda sahabat, firman Hadarat Tuhanku Rabbi dari semua
ibadat yang ada, yang terlebih mulia berperang sabil” Kutipan hadis tak hamba
baca, hanya makna tertulis disini untuk peringatan jaga-jaga, barangkali lupa
semua akhi.
Wahai tuan baik-baik fahami, bukan tak menentu yang
kukabari Sengaja kuambil uraian ini, dari Mathiril gharam kitab perang sabil.
Di dalam Al-Qur’an diriwayatkan, firman Hadarat
Tuhanku Rabbi beserta hadis pemimpin
umat, sungguh jangan lupa wahai akhi Hadis Nabi sangat sekali saheh, tak ada
jalan lari dari perang sabil Imbalan diberi tanpa alasan, memang lah tersedia
surga nan tinggi.
Demikian didapat disetiap kitab, utama ibadat memang
perang sabil. Dengarlah tuan kubaca ayat, firman Hadarat Tuhanku Rabbi “Surga
untuk mereka. Meraka berperang pada jalan Allah. Lantas mereka membunuh atau
terbunuh”.
Itulah janji
Allah yang pasti didalam Taurat, Injil, dan Quran. Dan siapakah yang lebih
menepati janjinya selain Allah ?. Sebab itu bergembiralah kamu dengan
perjanjian yang telah kamu ikat itu. Dan itulah kemenangan yang besar. Agar
sangat dimuliakan wahai sayidi, kita dibeli Rabbul Karim, Sebagai harganya
surga nan tinggi. Siapa menyerahkan nyawa dan harta, dibelanjakan pada perang
sabil...
2.2
Pengaruh Hikayat Perang
Sabil bagi Rakyat Aceh
Pengaruh hikayat perang sabil hasil
karangan Tgk. Muhammad Pante Kulu , telah mampu membangkitkan semangat jihat
siapa saja yang membaca ataupun mendengarnya untuk terjun ke medan perang
melawan penjajahan Belanda ketika itu. Sehingga Zentgraf dalam bukunya “Aceh”
(1983) menulis banyak pemuda yang memantapkan langkahnya ke medan perang Aceh
melawan Belanda karena pengaruh buku hikayat perang sabil yang sengaja ditulis
seorang ulama besar Aceh bernama Tgk. Muhammad Pante Kulu.
Menurut Zentgraf, hikayat perang
sabil karangan ulama Pante Kulu telah menjadi momok yang sangat ditakuti oleh
Balanda, sehingga siapa saja yang diketahui menyimpan, apalagi membaca hikayat
perang sabil itu mereka akan mendapatkan hukuman dari pemerintah Hindia Belanda
dengan membuangnya ke Papua atau Nusa Kembangan. Sarjana Belanda ini
menyimpulkan, bahwa belum pernah ada karya sastra di dunia yang mampu membakar
emosional manusia untuk rela berperang dan siap mati, kecuali hikayat perang
sabil karya Pante Kulu dari Aceh. Kalau pun ada karya sastrawan Perancis La
Marseillaise dalam masa Revolusi Perancis, dan karya Common Sense dalam masa
perang kemerdekaan Amerika, namun kedua karya sastra itu tidak sebesar pengaruh
hikayat perang sabil yang dihasilkan Muhammad Pente Kulu.
Itu sebabnya, Ali Hasjmy menilai
bahwa hikayat perang sabil yang ditulis Tgk. Chik Pante Kulu telah berhasil
menjadi karya sastra puisi terbesar di dunia. Menurut Hasjmy, pengaruh syair
hikayat perang sabil sama halnya dengan pengaruh syair-syair perang yang
ditulis oleh Hasan bin Sabit dalam mengobarkan semangat jihat umat Islam di
zaman Rasulullah. Atau paling tidak, hikayat perang sabil karya Chik Pente Kulu
dapat disamakan dengan illias dan Odyssea dalam kesusastraan epos karya
pujangga Homerus di zaman “Epic Era” Yunany sekitar tahun 700-900 sebelum
Mesehi.
Mengapa hikayat perang sabil begitu
berpengaruh dalam membangkitkan semangat jihat perang orang Aceh melawan
Belanda. Menurut telaahan, hikayat perang sabil yang ditulis Chik Pente Kulu
ini terdiri dari empat bagian (cerita). Pertama, mengisahkan tentang Ainul
Mardhiah, sosok bidadari dari syurga yang menanti jodohnya orang-orang syahid
yang berperang di jalan Allah. Kedua, mengisahkan pahala syahid bagi
orang-orang yang tewas dalam perang sabil. Ketiga, mengisahkan tentang Said
Salamy, seorang Habsi berkulit hitam dan buruk rupa. Keempat, menceritakan tentang
kisah Muda Belia yang sangat mempengaruhi jiwa para pemuda untuk berjihat di
medan perang melawan kezaliman penjajahan Belanda. Sehingga hikayat perang
sabil ini sangat besar untuk membakar semangat rakyat Aceh, melawan penjajah
Belanda waktu itu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hikayat Perang Sabil merupakan karya
penyair ulama Tengku Syekh Muhammad Pante Kulu, yang terdiri dari 10 episode
perjuangan. Isinya menceritakan tentang Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya
yang rela berkorban dalam perang di jalan Allah. Ada dua fersi pendapat tentang Tgk. Chik
Pente Kulu dalam mengarang hikayat perang sabil ini. Sebagian mengatakan,
hikayat perang sabil ini dikarang Chik Pante Kulu ketika beliau dalam
perjalanan pulang dari Mekkah ke Aceh. Berarti hikayat perang sabil ditulis
Chik Pante Kulu di atas kapal selama dalam pelayarannya dari Arab ke Aceh.
Pendapat lain mengatakan, hikayat perang sabil ini ditulis Chik Pante Kulu
adalah atas suruhan Tgk. Chik Abdul Wahab Tanoh Abee yang lebih dikenal Tgk.
Chik Tonoh Abee.
Pengaruh
hikayat perang sabil hasil karangan Tgk. Muhammad Pante Kulu , telah mampu
membangkitkan semangat jihat siapa saja yang membaca ataupun mendengarnya untuk
terjun ke medan perang melawan penjajahan Belanda ketika itu
Hikayat perang sabil begitu
berpengaruh dalam membangkitkan semangat jihat perang orang Aceh melawan
Belanda. Hikayat perang sabil yang ditulis Chik Pente Kulu ini terdiri dari
empat bagian (cerita). Pertama, mengisahkan tentang Ainul Mardhiah, sosok
bidadari dari syurga yang menanti jodohnya orang-orang syahid yang berperang di
jalan Allah. Kedua, mengisahkan pahala syahid bagi orang-orang yang tewas dalam
perang sabil. Ketiga, mengisahkan tentang Said Salamy, seorang Habsi berkulit
hitam dan buruk rupa. Keempat, menceritakan tentang kisah Muda Belia yang
sangat mempengaruhi jiwa para pemuda untuk berjihat di medan perang melawan
kezaliman penjajahan Belanda. Sehingga hikayat perang sabil ini sangat besar
untuk membakar semangat rakyat Aceh, melawan penjajah Belanda waktu itu dengan
berharap imbalan yang seperti diceritakan dalam hikayat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar