BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Sepanjang
tahun 1875 dan 1876 Belanda tak kunjung dapat menjalankan rencananya. Baru awal
Januari 1877 di lakukan percobaan
pertama. Ini berarti sejak Banda Aceh jatuh pada 1877, seluruh Aceh Barat masih
bebas murni dari jajahan Belanda.
Residen
Belanda bernama R.C Kroesen mendarat di meulaboh di bawah perlindungan militer
yang kuat. Meulaboh waktu itu sudah dalam kepungan angkatan laut belanda saat
mereka memblokade pantai-pantai barat, utara dan timur aceh guna menekan
raja-raja aceh agar tunduk padanya. Kroesen menerangkan maksud kedatangannya
kepada Teuku Ci’ Raja Meulaboh yang sedang menghadapi keadaan yang umit karena
putera tertuanya, Teuku Kejuruan Muda yang sudah ditetapkan sebagai
penggantinya secara mutlak menentang masuknya belanda ke bumi meulaboh. Misi
Kroesen pulang ke Belanda dengan tangan kosong.
Hingga
akhir bulan maret rencana Belanda untuk membangun benteng Meulaboh masih belum
terlaksana. Dan Belanda pun melaksanakan rencananya secara paksa. Pasukan
Belanda mendarat di Meulaboh pada 10 april 1877. Pasukan yang dipimpin Kapten
Sieberg terdiri dari kompi serdadu dari batalion XII terdiri dari empat
perwira, 40 serdadu dan 80 pribumi dengan segala peralatan perang. Pendaratan
pasukan Belanda tersebut menimbulkan kemarahan penduduk. Selang dua minggu
kemudian pejuang Meulaboh siap tempur. Perlawanan rakyat Meulaboh dipimpin oleh
Teuku Umar dan kemudian dilanjutkan oleh istrinya Cut Nyak Dien.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Latar belakang timbulnya perang di Meulaboh?
2. Perlawanan
Teuku Umar.
3. Perlawanan
Cut Nyak Dien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perlawanan Rakyat Meulaboh
Sejak Teuku Ci’ Meulaboh
menandatangani pengakuannya kepada Belanda, anaknya Teuku Kejuruan Muda
menentang dan menganggap pengakuan itu tidak sah. Tahun 1877, Belanda kesulitan
dengan Meulaboh, selain perdagangan tidak bisa ditutup, bantuan dan tenaga
masih banyak di alirkan untuk pejuang di Aceh Besar. Awal tahun 1877, Belanda
mendatangkan tentaranya ke Meulaboh untuk menundukkan T.Kejuruan Muda. Belanda
berhasil memaksa T. Kejuruan Muda tersebut dan membantu Belanda mendirikan
benteng Meulaboh dan sekitarnya. Tapi, pengakuan itu pengakuan itu tidak bisa
direalisasikan oleh Belanda, Teuku Kejuruan Muda dan laskarnya sudah Bersiaga
di tempat-tempat strategis. Akhir Maret 1877, Belanda menurunkan pasukannya
dibawah pimpinan Kapten Siberg dengan Mayor Palmer. Tanggal 10 April, Belanda
mulai membuat kubu dipantai dekat sungai Meureubo. 1 Mai 1877, Aceh menyerang
Langsung ke bivak Belanda, menewaskan seorang perwira Belanda dan melukai
puluhan serdadunya. Karena kehilangan akal, Belanda mengadakan teror membakar
rata rumah-rumah rakyat. Kemudian rakyat pun menyerang mereka ketika membakar
kampung itu. Komamdan laut Belanda, Letnan Vreede luka berat dan banyak serdadu
tewas. Hasil keganasan Belanda, kampung Meureubo, Peunaga dan Ujung Tanjung
rata dibakar.
2.2 Perlawanan Teuku Umar.
Belanda mendapat informasi bahwa
yang memimpin perlawanan Aceh yang menonjol sejak itu adalah Teuku Umar. Selama
tiga hari berturut-turut sejak 16 agustus 1878, Teuku Umar memimpin
penyerangan. Dihubungkan dengan penyerangan Belanda terhadap kampung darat pada
tahun 1877, Umar sudah memimpin perjuangan dan menjadi panglima pertahanan
rakyat setempat sejak tahun itu pada usia 18 tahun.
Dalam bulan maret 1879, raja
Meulaboh, Teuku Ci’, meninggal dunia. Karena anaknya menjadi pejuang, Belanda
mengakali seorang yang bernama Teuku Itam Abaih dapat menggantikan Teuku Ci’.
Karena itu keadaan menjadi panas. Dalam usaha merintangi perembesan Belanda ke Patih ( Pate ), sebuah pelabuhan
di utara Meulaboh. Teuku Umar pergi kesana untuk memimpin perlawanan rakyat.
Tahun 1881, Belanda mendaratkan tentaranya ke Patih sesudah menembaki pelabuhan
ini dengan meriam kapal. Berkat keutuhan perlawanan Teuku Umar, pendaratan
Belana dapat di gagalkan. Sesudah itu, Teuku Umar pergi ke Rujaih, pelabuhan
lain di Aceh Barat. Disini Teuku Umar pun menggalang kekuatan rakyat, sehingga
pengaruh Belanda terhadap raja Rigas yang sebelumnya terlanjur mengakui
kedaulatan Belanda dapat di lumpuhkan.
Pada 14 Juni 1886, Teuku Umar dan
para panglimanya menaiki kapal Hok Canton yang sedang belabuh di Ruegaih untuk
menangkap kapten yang bertanggungjawab dan menyita kapal itu. Kasus tersebut
menyangkut dua hal : 1). Kapten kapal yg berasal dari Denmark yang bernama
Hansen ingkar membayar pasok lada yang dimuat ke kapal. 2). Kapten bersama anak
buahnya bermaksud untuk menculik Teuku Umar untuk dibawa ke Uleulhe dan
diserahkan kepada Belanda. Setiba dikapal, terjadi pertempuran dan kapten
Hansen tewas.
Sejak peristiwa Hok Canton, Teuku
Umar semakin naik dan ditakuti oleh Belanda dan pihak Belanda sendiri mengakui
kesatriaannya.seorang mayor Belanda, L.W.A. Kessier menilai Teuku Umar bahwa, “
orang Aceh yang ceras dan paling sopan”.
Belanda mulai mencari kelemahan
rakyat Aceh, mereka mulai mengadakan aturan pembatasan pelayaran yang dikenal
dengan ‘ Scheepvaartregeling’ ( peraturan pelayaran kapal ). Peraturan itu
benar-benar memukul pedagan ekspor Aceh ke Penang, sebab kapal perang Belanda
cukup aktif mengepung semua kapal yang berlayar di perairan tersebut. Teuku
Umar merasakan pukulan sejak ‘Scheepvaartregeling’ dilancarkan awal tahun 1893.
Biaya perang Umar yang sumber utamanya dari perdagangan ekspor ke penang semakin
sulit dan kemampuan berjuang akan lumpuh kalau tidak dicarikan jalan keluar.
Teuku Umar mulai mendekati Belanda
dan menjelang Agustus 1893, Teuku Umar menghubungi belanda dan menyatakan
hendak bekerja sama. Dia mengatakan ingin membantu Belanda mengamankan Aceh
Besar. Selama beberapa waktu, Deikrhoff meneliti kesungguhan Teuku Umar.
Agustus 1893, Teuku Umar dapat mengamankan makim XXV dan menyerahkanya kepada
Belanda. Deikerhoff merasa puas dengn butki yang diberikan oleh Teuku Umar itu,
dan ia bersedia menerima penyerahan diri Teuku Umar. Oleh Belanda Teuku Umar
diberi gelar Teuku Umar ‘Jahon Pahlawan’.
Tindakan Teuku Umar ini memberikan
kegemparan dikalangan pejuang Aceh. Teuku Umar yang dikenal sebagai pejuang
Aceh ternyata menyerah kepada Belanda. Yang paling menderita akibat perbuatan
Teuku Umar itu ialah Cut Nyak Dien, karena seorang pejuang wanita Aceh yang
bernama Teungku Fakinah, menghina Teuku Umar. Teungku Fakinah mengirim utusan
kepada Cut Nyak Dien untuk mendesak Teuku Umar agar memutuskan hubungannya
dengan Belanda dan kembali memimpin rakyat Aceh. Cut Nyak Dien juga sangat
cemas terhadap suaminya atas kemungkinan dihukum mati oleh teman-teman
seperjuangannya sehubung dengan pengkhianatannya.
Terdorong oleh hal tesebut, Cut
Nyak Dien terus mendesak suaminya untuk kembali membela rakyat. Alhasil, 30
Maret 1896 Teuku Umar keluar dai militer Belanda. Ia dan pasukannya mengambil
880 senjata api, peluru dan amunisi serta uang. Dan ia pun kembali membela
rakyat.
Sedabgkan versi lain mengaitkan dengan
tenggelamnya kapal dagang Inggris di Nis Ero di dekat Teunom, Aceh Barat.
Dikatakan bahwa, setelah Teuku Umar mengetahui bahwa pihak Belanda tidak mampu
mnyelesaikan masalahnya, T.Umar mencoba mendekati Diejkerhoff. Ia berpura-pura
tunduk kepada Belanda dengan janji sanggup menyelesaikan masalah tersebut
dengan Inggris. Belanda terjebak dan kesempatan itu digunakan T.Umar untuk
memperoleh alat-alat militer.
Sebagai akibat dari siasat T.Umar
itu, Belanda pun mengubah taktiknya dalam upaya menghancurkan rakyat Aceh. Mai
1898, jenderal J.M Van Heutz bertugas menaklukkan rakyat Meulaboh. Ia dibantu
oleh seorang penasehat, Prof. Snouck Hurgronje. Dengan untuk memancing terjadinya pertentangan antar
kelompok masyarakat dengan para ulama. Saran lain yaitu, agar semua kekuatan
rakyat Aceh yang melawan KNIL, dihancurkan.
Dalam upaya itu Van Heutsz
memberikan nama pasukannya dengan ‘Morsose’. Dengan menggunakan pasukan ini, ia
berhasl mengalahkan pusat perlawanan rakyat Aceh. Karena serangan Belanda ini,
banyak ulebalang menyerah. Namun sebaliknya, T.Umar dan Panglima Polem
melanjutkan perang gerilya dengan menyeang pos-pos KNIL.
Setelah tiba di Aceh Barat, ia
melakukan penyerangan ke kota Meulaboh yang diduduki oleh Van Heutsz, ternyata
rencana T.Umar yang bersifat rahasia itu bocor ke pihak musuh. KNIL menempatkan
pasukannya di Ujung Kala, terjadilah pertempuran yang sengit dan pada saat itu
T.Umar gugur di medan perang dan kemudian perlawanan rakyat Meulaboh
dilanjutkan oleh Cut Nyak dien.
2.3 Perlawanan Cut Nyak Dien
Setelah gugurnya T.Umar, perlawanan
rakyat Meulaboh dilanjutkan oleh Cut Nyak Din. Ia bergerlya di hutan-hutan
selama bertahun-tahun. Ia juga terus-menerus dikejar oleh serdadu KNIL. Ia
menghadapi tantangan hidup yang sangat berat. Makanan dan obat-obatan sangat
kurang, tubuhnya pun semakin menua. Untuk menghindari serangan musuh yang
ganas, ia diusung oleh pengikutnya dari satu tempat ketempat yang lain. Namun,
pada 1908, salah seorang anak buahnya menghianatinya sehngga tempat
persembunyiannya diketahui tentara KNIL dan ia pun di tangkap. Cut Nyak Din
dibawa ke Banda Aceh dan kemudian di asingkan ke Sumedang, jawa barat. 6
November 1908, ia wafat dan dimakamkan di Sumedang.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sejak Teuku Ci’ Meulaboh menandatangani pengakuannya
kepada Belanda, anaknya Teuku Kejuruan Muda menentang dan menganggap pengakuan
itu tidak sah. Tahun 1877, Belanda kesulitan dengan Meulaboh, selain
perdagangan tidak bisa ditutup, bantuan dan tenaga masih banyak di alirkan
untuk pejuang di Aceh Besar. Awal tahun 1877, Belanda mendatangkan tentaranya
ke Meulaboh untuk menundukkan T.Kejuruan Muda. Belanda mengadakan teror
membakar rata rumah-rumah rakyat. Kemudian rakyat pun menyerang mereka ketika
membakar kampung itu. Komamdan laut Belanda, Letnan Vreede luka berat dan
banyak serdadu tewas. Hasil keganasan Belanda, kampung Meureubo, Peunaga dan
Ujung Tanjung rata dibakar.
Dalam usaha merintangi
perembesan Belanda ke Patih ( Pate ),
sebuah pelabuhan di utara Meulaboh. Teuku Umar pergi kesana untuk memimpin
perlawanan rakyat. Tahun 1881, Belanda mendaratkan tentaranya ke Patih sesudah
menembaki pelabuhan ini dengan meriam kapal. Berkat keutuhan perlawanan Teuku
Umar, pendaratan Belana dapat di gagalkan. Sesudah itu, Teuku Umar pergi ke
Rujaih, pelabuhan lain di Aceh Barat. Disini Teuku Umar pun menggalang kekuatan
rakyat, sehingga pengaruh Belanda terhadap raja Rigas yang sebelumnya terlanjur
mengakui kedaulatan Belanda dapat di lumpuhkan.
Setelah gugurnya T.Umar, perlawanan rakyat Meulaboh
dilanjutkan oleh Cut Nyak Din. Ia bergerlya di hutan-hutan selama
bertahun-tahun. Ia juga terus-menerus dikejar oleh serdadu KNIL. Pada 1908, salah seorang anak buahnya
menghianatinya sehngga tempat persembunyiannya diketahui tentara KNIL dan ia
pun di tangkap. Cut Nyak Din dibawa ke Banda Aceh dan kemudian di asingkan ke
Sumedang, jawa barat. 6 November 1908, ia wafat dan dimakamkan di Sumedang.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman,
G. dkk. Biografi Pejuang-pejuang Aceh. Dinas
Kebudayaan NAD, 2002.
Kawilarang,
Harry. Aceh dari Sultan Iskandar Muda ke
Heisinki. Banda Aceh : Bandar Publishing, 2008.
Reid,
Anthony. Asal Mula Konflik Aceh.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,
2005.
Said,
Mohammad. Aceh Sepanjang Abad. Harian
Waspada Medan,2007.
Sufi,
Rusdi. Aceh Menentang Penjajahan Asing. Badan
Perpustakaan Provinsi NAD, 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar